Dua puluh tiga tahun memang bukan waktu yang singkat untuk aku dapat menuliskan makna dari diri ku diatas buku buku nasib.Dan dua puluh tiga tahun juga bukan sebait kisah untukku ceritakan siapa diriku dan apa tujuan hidupku.
Dua puluh tiga tahun juga bukan waktu yang singkat untuk belajar memaknai kehidupan dan menuliskan kenangan dalam album album masa lalu.
Satu demi satu kisah lama terekam dan merapat dalam kehidupanku. Silih berganti mewarnai pelangi dihatiku yang memuat suatu pesan dan kesan untuk kita pelajari dan kita terapkan dimasa datang. Dan menjadi obat lara kita disaat kita tua.Salah satu dari lembaran kertas saat ini terekan dalam pikiranku. Sekelumit cerita hidup tapi penuh dengan makna dan kujadikan sebagai semangat untuk aku tetap tegak berdiri
Sebuah kisaH baru dalam kehidupanku yang muncul beberapa bulan yang lalu. Dari tangan seorang teman lama kucoba menggapai impian dan harapan dan kucoba tegakkan badan kuangkat wajah untuk menatap masa depan. Ku tatap bola matanya dalam dalam kurasakan pedih dan pilu tanpa terasa airmataku turun perlahan membasahi pipiku. Kuhela napas dalam dalam dan kuhembuskan rasa asa dalam batinku membuatku semakin menangis biru
Perlahan dengan sekuat tenaga aku mencoba berdiri dan berlari tapi aku tidak kuasa dan aku terjatuh lagi. Terjatuh lagi dan terjatuh lagi… Dengan kesabaranmu yang begitu rupa kau raih aku dan kau bimbing aku untuk tetap berdiri dan berlari berlari mengejar ketinggalanku dari keputusasaan.
Kau gandeng aku melewati jalan terjal dan berbukit dengan langkahku yang sudah tak ada daya aku coba kuatkan hati untuk melewatinya. Saat keringat membasahi tubuhku. Kupandangi dirimu dan kau pun membalas menatapku sambil menyunggingkan senyuman kau usap tanganmu pada dahiku kurasakan kesejukan yang tiba tiba mengalir dalam tubuhku. Kutatap kedepan dan kusambut hari esok yang sudah menantiku.
Kurasakan kian lama warna pelangiku semakin penuh makna dan arti walau kadang pelangi itu kadang silih berganti datang dan pergi dari hidupku. Tanpa kau pelangi kehidupanku akan terlewati begitu saja dari depan mataku. Tanpa kau mungkin aku hanya bertindak sebagai penonton permainan tinju, tanpa berpikir dan berjuang di arena nasib.
Karena kesalahanku kau tiba tiba berubah arah dan sedikit demi sedikit kau tinggalkanku kau lepaskan aku dan pun kau pergi dariku sakit sekali rasanya. Sebelum kau pergi dariku kau peluk aku dan kau katakan.“ Ini adalah kehidupanmu untuk itu gapailah dengan hatimu” lalu kau pergi menjauh tanpa menoleh kebelakang dan kaupun mencarikehidupanmu kembali.
Saat ini akupun kembali sendiri dan sepi kembali menemaniku. Aku kembali terjatuh dan tersungkur tak berdaya aku coba untuk bernyanyi dan tertawa senang dan gembira tapi kadang juga tiba tiba aku menangis pilu. Saat itu juga tiba tiba terngiang ngiang suaramu yang sayup sayup terdengar membangkitkan semangat hidupku yang akan sirnaKini tinggal aku sendiri, tanpa teman.
Saat ini, kurasakan duapuluh tiga tahun aku jalani dan lewati lautan samudra yang penuh ombak dan badai tak kunjung berhenti. Kurasakan saat aku berada ditengah lautan dimalam hari dan kutengadahkan kepala dan kulihat bulan dan bintang bersinar…
Yah… aku mulai mengerti makna dari hidup dan kehidupanku sendiri sedikit demi sedikit aku mulai mengerti siapa aku dan mengerti kehidupanku. Ada sisi yang membuatku rindu akan kenangan masa lalu
Walau kini kau tidak lagi menemaniku menangis bersama, namun kau tetap hidup dalam
Bayanganku dalam mimpiku, kadang saat hati gelisah datang menghampiriku, hanya dengan membayangkan tatapanmu yang teduh dan senyumanmu yang manis, maka dapat kuraup kembali semangatku. Dan kadang kau masih saja mendatangi mimpi-mimpiku, mengajakku kembali ke masa lalu dan saat aku terbangun, kudapati wajahku merona
merah dan aku siap menantang hidup sekali lagi.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar